Pos Timur,
MAROS – Lapangan Pallantikang pagi itu bustling dengan semangat yang luar biasa. Bukan karena parade militer atau upacara kenegaraan, melainkan karena tawa riang 400 anak-anak yang memenuhi setiap sudutnya. Di antara seragam sekolah mereka yang cerah dan raut wajah polos penuh antusiasme, terhampar sebuah harapan besar bagi masa depan Kabupaten Maros: Gerakan Makan Telur.
Kegiatan yang digelar sebagai bagian integral dari Gerakan Peduli Stunting ini bukan sekadar acara makan bersama biasa. Ini adalah manifestasi nyata dari instruksi Gubernur Sulawesi Selatan, sekaligus cara berkesan untuk memperingati Hari Jadi ke-356 Provinsi Sulawesi Selatan. Aroma telur rebus yang memenuhi udara seolah menjadi simbol sederhana namun dahsyat, menjanjikan asupan gizi yang sangat dibutuhkan.
Bupati Maros, Chaidir Syam, yang hadir langsung di tengah-tengah anak-anak penuh semangat, menjelaskan makna di balik kegiatan serentak yang juga dilaksanakan di seluruh kabupaten dan kota di Sulsel ini. “Ini cara kita mensosialisasikan gerakan peduli stunting sekaligus memperingati hari jadi Sulsel. Semoga angka stunting di Maros bisa terus turun,” ujarnya dengan nada optimis.
Optimisme Bapak Bupati tentu punya dasar yang kuat. Ia menyebut, upaya keras pemerintah daerah dan seluruh elemen masyarakat telah membuahkan hasil signifikan. Angka stunting di Maros kini telah menurun drastis menjadi 22,4 persen, dari sebelumnya mencapai 34,7 persen – sebuah penurunan sekitar 12,3 persen yang patut diapresiasi. "Mudah-mudahan ke depan kita bisa menuju zero stunting. Telur mengandung protein tinggi yang sangat baik untuk pertumbuhan anak balita,” tambah Chaidir Syam, menegaskan kembali peran krusial gizi dalam membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas.
Untuk memastikan gizi optimal bagi anak-anak penerima Program Keluarga Harapan (PKH) yang menjadi peserta utama, pihak penyelenggara menyiapkan 2.100 butir telur rebus. Masing-masing anak mendapatkan tiga butir telur, yang dengan lahap mereka santap, ditemani senyum di wajah dan secangkir harapan di hati. Tak hanya telur, asupan gizi mereka juga diperkaya dengan pembagian 20 dos susu. “Satu anak mendapat dua susu. Ini untuk melengkapi asupan gizi mereka,” jelas Bupati, menunjukkan perhatian mendalam terhadap kebutuhan nutrisi holistik.
Kepala Dinas Sosial Maros, Andi Zulkifli Riswan Akbar, turut menambahkan bahwa momen ini juga berfungsi sebagai pemicu kesadaran kolektif. "Kami ingin menyemarakkan gerakan makan satu butir telur setiap hari agar kebutuhan nutrisi masyarakat, terutama anak-anak, bisa terpenuhi,” tutur Andi Zulkifli. Gerakan ini bukan hanya tentang satu hari makan telur, melainkan penanaman kebiasaan sehat jangka panjang yang dapat mengubah kualitas hidup keluarga.
Di bawah langit biru Maros dan di tengah riuhnya tawa anak-anak yang menikmati hidangan sederhana namun penuh makna, Gerakan Makan Telur ini menjadi lebih dari sekadar program pemerintah. Ia adalah janji, sebuah investasi tak ternilai bagi Maros, memastikan setiap anak memiliki kesempatan untuk tumbuh optimal, bebas dari belenggu stunting, dan meraih masa depan yang lebih cerah. Harapan akan "zero stunting" bukan lagi sekadar impian, melainkan tujuan nyata yang perlahan namun pasti mulai terwujud, sebutir telur demi sebutir telur.(rh)