Pos Timur,
MAROS - Langit di atas Makassar masih biru terang, namun di dalam kompleks Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, kegelapan mencekam tiba-tiba merayapi. Pukul 16.30 WITA, sebuah dentuman keras memecah keheningan, disusul jeritan panik dan rentetan tembakan yang memekakkan telinga. Kekacauan pecah di area keberangkatan.
Seolah adegan dari film aksi yang paling brutal, sekelompok pria bersenjata tiba-tiba muncul, melepaskan tembakan acak ke udara. Kepanikan massal tak terhindarkan. Para penumpang yang sedang antre check-in atau bersantai di kafe berhamburan mencari perlindungan. Namun, tujuan para pelaku rupanya lebih terencana. Mereka bergerak cepat menuju lantai tiga ruang tunggu penumpang, menyandera puluhan orang yang tak berdaya. Dalam hitungan menit, tercatat ada 20 jiwa yang kini berada di bawah ancaman pistol dan senapan. Ancaman pembajakan pesawat menggantung di udara, diiringi teriakan bahwa mereka tak segan menembak mati sandera jika tuntutan tak dipenuhi.
Belum reda kengerian di terminal, kabar mencekam lainnya menyebar bagai api. Sebuah pesawat Bulusaraung 330-300 rute Jakarta–Makassar mengalami musibah saat proses pendaratan. Asap hitam pekat membubung dari ujung landasan, di mana kobaran api melahap badan pesawat sesaat setelah menyentuh tanah. Pesawat yang membawa 336 penumpang itu menjadi saksi bisu tragedi lain. Tim penyelamat dan pemadam kebakaran segera dikerahkan, namun angka korban tak terelakkan: 89 jiwa melayang, 140 berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat, dan 59 lainnya mengalami luka berat. Rumah sakit di sekitar Makassar mulai bersiaga penuh.
Kembali ke terminal, situasi sandera semakin panas. Pasukan khusus bersenjata lengkap menyusup, berupaya bernegosiasi sambil mempersiapkan serangan. Dalam sebuah upaya penyelamatan dramatis, negosiator berhasil menukar seorang ibu hamil yang kondisinya memburuk dengan satu orang relawan yang berani masuk ke dalam kelompok sandera. Momen ini, meski singkat, terasa seperti keajaiban di tengah neraka. Tidak lama setelah itu, baku tembak kembali pecah. Dua orang teroris berhasil dilumpuhkan oleh tembakan jitu aparat, sementara tiga lainnya tewas dalam konfrontasi sengit. Suara tembakan mereda, menyisakan keheningan yang menyesakkan, bercampur dengan isak tangis dan napas lega.
Namun, di tengah puing-puing kepanikan dan asap sisa baku tembak, sebuah narasi tak terduga mulai terungkap. Aparat keamanan yang tadinya tegang, kini mulai bersikap lebih tenang. Bangkai pesawat yang terbakar di kejauhan mulai terlihat seperti replika yang sangat realistis. Para korban luka berat tiba-tiba bangkit, mengusap "darah" yang ternyata hanyalah pewarna makanan.
Semua rangkaian peristiwa mengerikan itu—aksi tembak-menembak, penyanderaan, ancaman pembajakan, hingga kecelakaan pesawat yang merenggut puluhan nyawa—ternyata hanyalah bagian dari sebuah simulasi latihan Penanggulangan Keadaan Darurat (PKD) yang rutin digelar di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.
General Manager Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Minggu Gandaguai, tersenyum tipis saat menjelaskan kepada awak media yang telah disiapkan. "Latihan ini merupakan agenda dua tahunan kami," ungkapnya. "Tujuannya sangat jelas, yaitu menguji komunikasi, koordinasi, dan komando sebagai bentuk persiapan untuk menjamin keamanan bandara dari segala bentuk ancaman, baik terorisme maupun kecelakaan transportasi."
PKD kali ini melibatkan sekitar 500 personel dari berbagai instansi lintas sektoral. Selain Angkasa Pura I sebagai pengelola bandara, hadir pula LPPNPI Yogyakarta, unsur TNI dari berbagai matra, Kepolisian, Kantor Imigrasi, Balai Kekarantinaan Kesehatan, Basarnas, manajemen rumah sakit di sekitar bandara, hingga perwakilan maskapai penerbangan. Kadis Operasi Lanud, Letkol Pnb Bambang Baskoro Adi, mengonfirmasi partisipasi TNI AU. "Ada 29 personel TNI AU yang diturunkan untuk menguji kesiapan dan respons kami dalam situasi krisis seperti ini," tuturnya, menegaskan kembali pentingnya koordinasi yang solid.
Meski hanya simulasi, jejak ketegangan dan realisme yang diciptakan berhasil menguji batas kesiapan semua pihak. Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, pada Selasa yang mendebarkan itu, telah membuktikan komitmennya untuk selalu siap menghadapi skenario terburuk, demi keselamatan setiap penumpang dan stafnya.(rh)